Pengertian Konservasi Tanah dan Air
a.
Pengertian konservasi Tanah
Tanah
merupakan media tumbuh tanaman yang sangat dipengaruhi sifat fisik dan kimia
tanah. Menurut Simmonson (1957), tanah adalah permukaan lahan yang kontiniu
menutupi kerak bumi kecuali di tempat-tempat berlereng terjal, puncak-puncak
pegunungan, daerah salju abadi. Sedangkan menurut Soil Survey Staff (1973),
tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat berubah atau
dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi bahan organik yang
sesuai bagi perkembangan akar tanaman.
Menurut
Sitanala Arsyad (1989), konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan
memperlakukkannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dalam arti luas adalah penempatan
tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebar dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi
kerusakan tanah. Dalam arti sempit konservasi tanah diartikan sebagai upaya
untuk mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan memperbaiki tanah yang rusak oleh
erosi. Upaya konservasi tanah bertujuan untuk :
1.
Mencegah
erosi.
2.
Memperbaiki
tanah yang rusak.
3.
Memelihara
serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara
berkelanjutan.
b.
Pengertian Konservasi Air
Penghematan air atau konservasi
air adalah perilaku yang disengaja dengan tujuan mengurangi penggunaan
air segar, melalui metode teknologi atau perilaku sosial. Konservasi air pada
prinsipnya adalah penggunaan air hujan yang jauh ke tanah untuk pertanian
seefisien mungkin, dan mengatur waktu aliran agar tidak terjadi banjir yang
dapat merusak serta tersedianya air pada musim kemarau.
Usaha
konservasi air bertujuan untuk:
1)
Untuk
menjamin ketersediaan untuk generasi masa depan, pengurangan air segar dari
sebuah ekosistem tidak akan melewati nilai penggantian alamiahnya.
2)
Penghematan
energi - Pemompaan air, pengiriman, dan fasilitas pengolahan air limbah
mengonsumsi energi besar.
3)
Konservasi
habitat - Penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk membantu
mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan penerimaan
migrasi aliran air, termasuk usaha-usaha baru pembangunan waduk dan
infrastruktur berbasis air lain (pemeliharaan yang lama).
2.
Macam-macam matode konservasi Tanah
dan Air
a.
Metode Konservasi Tanah
Metode konservasi tanah dapat dibagi dalam tiga
golongan utama, yaitu (1) metode vegetatif, (2) metode mekanik dan (3) metode
kimia.
·
Metode vegetatif adalah
penggunaan tanaman atau bagian-bagian tanaman atau sisa-sisanya untuk
mengurangi daya tumbuk butir hujan yang jatuh, mengurangi jumlah dan kecepatan
aliran permukaan yang pada akhirnya mengurangi erosi tanah (Arsyad, 2006).
Beberapa teknik konservasi tanah dan air melalui cara vegetatif seperti pertanaman
lorong (alley cropping), silvipastura, dan pemberian mulsa.
1.
Pertanaman lorong (alley cropping) adalah
sistem bercocok tanam dan konservasi tanah dimana barisan tanaman perdu
leguminosa ditanam rapat (jarak 10-25 cm) menurut garis kontur (nyabuk gunung)
sebagai tanaman pagar dan tanaman semusim ditanam pada lorong di antara tanaman
pagar. Menerapkan pertanaman lorong pada lahan miring biayanya jauh lebih murah
dibandingkan membuat teras bangku, tapi efektif menahan erosi. Setelah 3-4
tahun sejak tanaman pagar tumbuh akan terbentuk teras. Terbentukannya teras
secara alami dan berangsur sehingga sering disebut teras kredit.
2.
Sistem silvipastura sebenarnya
bentuk lain dari tumpangsari, tetapi yang ditanam di sela-sela tanaman hutan
bukan tanaman pangan melainkan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah,
setaria, dll. Ada beberapa bentuk silvipastura yang dikenal di Indonesia antara
lain (a) tanaman pakan di hutan tanaman industri, (b) tanaman pakan di hutan
sekunder, (c) tanaman pohon-pohonan sebagai tanaman penghasil pakan dan (d)
tanaman pakan sebagai pagar hidup.
3.
Pemberian
mulsa dimaksudkan untuk
menutupi permukaan tanah agar terhindar dari pukulan butir hujan. Mulsa
merupakan teknik pencegahan erosi yang cukup efektif. Jika bahan mulsa berasal
dari bahan organik, maka mulsa juga berfungsi dalam pemeliharaan bahan organik
tanah. Bahan organik yang dapat dijadikan mulsa dapat berasal dari sisa
tanaman, hasil pangkasan tanaman pagar dari sistem pertanaman lorong, hasil
pangkasan tanaman penutup tanah atau didatangkan dari luar lahan pertanian.
·
Metode mekanik adalah
semua perlakuan fisik mekanik yang diberikan terhadap tanah dan pembuatan
bangunan untuk mengurangi aliran permukaan dan erosi, dan meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah. Metode mekanik dalam konservasi tanah dan air
adalah pengolahan tanah, guludan, teras,
penghambat (check dam), waduk, rorak, perbaikan drainase dan
irigasi (Arsyad, 2006).
·
Metode Kimia atau cara
kimia dalam usahan pencegahan erosi,yaitu dengan pemanfaatan soil conditiner
atau bahan pamtap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah
akan tetap resisten terhadap erosi. Bahan kimia memiliki pengaruh yang besar
terhadap stabilitas tanah karena senyawa tersebuttahan terhadap mikrobia tanah
permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi berkurang.
b.
Metode Konservasi Air
Metode pengendalian tata air yang
umum digunakan yaitu irigasi dan drainase. Irigasi merupakan usaha untuk
menambah air ke dalam wilayah, sedangkan drainase sebaliknya. Drainase berarti
keadaan dan cara air-lebih keluar dari tanah. Air-lebih adalah bagian dari air
yang ada di dalam tanah yang tidak dapat dipegang atau ditahan oleh butir-butir
tanah dan memenuhi ruang pori tanah sehingga tanah menjadi jenuh air (Pahan,
2008).
Drainase pada tanah gambut secara alami selalu berada
dalam kondisi sangat terhambat hingga tergenang. Hal ini memerlukan penanganan
yang tepat sehingga drainase dapat diperbaiki untuk mencapai muka air tanah
yang optimum tanpa mengakibatkan drainase yang berlebihan (over drainage).
Drainase yang berlebihan akan mengakibatkan kekeringan pada tanah gambut yang
bersifat tidak dapat balik (irreversible) dan penurunan muka tanah yang
serius. Keberadaan mineral pirit pada tanah gambut sehingga tetap tereduksi
juga harus diperhatikan.
Untuk mencapai kondisi ini, diperlukan jaringan
drainase dan pintu-pintu air yang cukup (PPKS, 2006). Pembangunan sistem
drainase di perkebunan terutama ditujukan untuk mengendalikan kelembaban tanah
sehingga kadar airnya stabil antara 20-25% dengan kedalaman arus air maksimum
60 cm. Pembangunan drainase juga diusahakan terhindar dari kejenuhan air secara
terus-menerus selama maksimum 2 minggu (Pahan, 2008).
Irigasi bertujuan untuk memberikan tambahan air
terhadap air hujan dan memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup
dan pada waktu yang diperlukan. Air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu (1)
mempermudah pengolahan tanah, (2) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (3)
mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang terlalu tinggi, (4) menggenangi
tanah untuk memberantas gulma serta hama penyakit. Pada perkebunan kelapa
sawit, pemberian air irigasi biasanya dilakukan dengan cara pemberian air dalam
selokan atau saluran (furrows irrigation) (PPKS, 2006).
3.
Contoh
Konsevasi tanah dan Air
Saya mengambil contoh konservasi
tanah dan air yang dilakukan oleh para petani di Jalan Pomahan,
Sleman,yogyakarta yang mana ini merupakan daerah sekitar tempat tinggal saya.
Konservasi tanah dan air oleh para petani ini menggunakan metode vegetatif dan
metode mekanik. Pengelolahannya bisa dilihat pada gambar.
(3) Seseorang petani menanam tanaman
pangan di pinggir.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar